Aslkm....
Biar ga penasaran buat bekal tdur....
Part 8
*Ibuku Orang Gila*
#IOG
#PART 8
#MM
Bu Anggun menarik kursi meja sebelah, lalu meletakkannya di sampingku. Aku menelan saliva. Melihat wajah Nita yang tadi santai kini mendadak pucat pasi, aku bisa menebak ibunya itu wanita seperti apa. Bahkan dia yang duduk biasa saja mampu memberi tekanan sebesar ini. Aura kejam Bu Anggun sangat mendominasi. Suasana kafe yang tadi santai dan riang kini mendadak suram bak di neraka.
Pelayan kafe menghampiri meja kami dan menata pesanan kami di meja. Terlihat jelas tangannya bergetar saat menyodorkan jus jeruk padaku. Ahhh ... orang lain pun bisa merasakan aura jahat Bu Anggun. Aku pun bisa merasakan kaki Bang Udin yang bergetar hebat di bawah meja. Padahal tadi dia melongo melihat kecantikan Bu Anggun. Tapi sepertinya dia tahu kini Bu Anggun bak penyihir kejam penyedot kebahagiaan.
"Mbak ...." Panggil Bu Anggun pada pelayan kafe itu dengan nada datar.
Tapi entah kenapa di telingaku terasa seperti sebuah ancaman yang mendominasi. Ku lirik pelayan itu mendekati Bu Anggun dengan ragu.
"Mana buku menunya ?" Tanyanya sembari mengangkat tangan meminta kepada pelayan.
Sang pelayan memberikan pada Bu Anggun dengan tangan gemetaran. Dan wajahnya tenggelam di balik topinya.
"Aku mau pesan ini ." Katanya menunjuk sebuah menu.
Mataku sontak melirik ke arah yang ditunjuknya. Aku penasaran menu seperti apa yang dipesan Bu Anggun. Sebuah steak sepertinya. Tapi aku tak paham apa namanya karena lidah lokalku yang sangat latah membaca nama asing itu.
"Setengah matang ya . Aku tunggu 5 menit. Dan harus masih dalam keadaan panas. Dingin sedikit saja aku tak mau ." Katanya dengan suara datar.
"Maaf Bu Anggun, chef langganan Bu Anggun sedang libur. Dan chef hari ini belum paham kebiasaan Ibu."
Pelayan itu berbicara dengan nada terbata-bata. Sedang aku menatap Nita di depanku. Dia hanya diam dalam tegang.
"Harusnya kafe kalian ini nyari chef yang profesional. Mau langganannya saya atau orang lain ya harus siap. Aku tak mau tahu. Waktumu tinggal 4 menit saja." Katanya angkuh.
Pelayan itu undur diri dan cepat-cepat menuju dapur. Detik demi detik berlalu sangat lama. Ini meja kafe atau meja pengadilan sih ? Suasananya sangat mencekam.
"Sebenarnya ... kalian ini siapa ?" Tanya Bu Anggun dengan duduk menyilangkan kaki serta tangan terlipat di depan dada.
Aku hanya diam, aku bingung. Apakah aku harus jujur ? Atau bagaimana ? Aku menatap Nita, dan dia dengan gerakan halus memberi kode agar aku berbohong. Aku berpikir cepat. Apa yang harus aku katakan ??
"Kenapa diam ?? Kalian amnesia ya ? Sampai identitas diri saja tak tahu ?" Katanya datar tapi begitu tepat menghujam jantungku.
"Ehhhmm ... anu Bu Anggun. Saya Fendi. Saya tukang kebun di kampusnya Mbak Nita." Kataku sekenanya.
Aku was-was , semoga dia tak menyadari kebohonganku.
"Ahahahahha ..."
Bu Anggun tertawa menggelegar, mirip Mak Lampir yang tertawa saat bertemu Wiro Sableng .
"Kamu kira aku bodoh hey anak muda ! Nita ?? Berteman dengan seorang tukang kebun ? Apa sekarang standart bergaulmu sudah berubah Nit ?" Kata Bu Anggun menatap tajam pada Nita.
Nita terlihat gelagapan, tak menyangka tiba-tiba ibunya menanyai dirinya.
"Ahhh ... itu Mam. Emang dia kenalan Nita. Dan memang dia tukang kebun di kampusku. Aku kenal saat dia menemukan ponsel Nita. "
Hmmm ... setidaknya aku sedikit lega mendengar Nita bisa mengimbangi kebohonganku.
"Ponsel ? Ponsel yang mana maksudmu ?" Tanyanya tajam.
"Ohh ... ya ponsel Nita yang pink itu lho Mam. Kan kemarin terjatuh pas sebelum aku kecelakaan." Terang Nita mencoba menghubungkanku dengan hal yang dia alami.
"Ehhhm ... baiklah." Katanya datar.
Lalu pelayan kafe menghidangkan steak pesanan Bu Anggun. Dengan mata sedingin es dia mulai sibuk dengan pisau dan garpunya. Lalu memotong steak itu dengan gerakan sederhana. Tapi aku melongo, gerakan yang dia lakukan tetap anggun tapi hasilnya , wow ! Seketika steak panas itu langsung terbelah menjadi 4 bagian. Dan itu dia lakukan hanya dengan waktu yang singkat. Sepertinya tangannya sangat ahli dengan pisau. Aku merinding di buatnya.
"Oke ... akan aku makan steak ini. Walaupun rasanya tak seperti biasanya, tapi hatiku sedang senang. Karena akhirnya aku bertemu dengan tukang kebun yang telah menemukan ponsel anakku ini ." Katanya dengan senyum yang mengerikan.
Setelah pamit, pelayan itu cepat-cepat undur diri dengan nafas lega.
"Omong-omong, dari mana asal kalian." Tanya Bu Anggun padaku dan Bang Udin.
"Kami ngekos di sekitar kampus Mbak Nita, Bu. " Kata Bang Udin akhirnya bisa mengeluarkan suaranya.
"Ohh ... lalu asal kalian dari mana ?" Bu Anggun mengulang perkataannya.
Ahhh ... dia wanita yang menakutkan. Ketelitiannya sangat luar biasa. Aku harus lebih hati-hati dalam berucap.
"Semarang ... lahir dan besar di sana." Kataku akhirnya.
"Ohhh ... siapa nama orangtuamu anak muda ?" Katanya sembari menatapku dengan senyum aneh.
"Ahh ... nama ibu saya Siti. Dan ayah saya Marno ." Kataku asal, entah nama siapa yang ku sebut tadi.
"Lalu apa urusanmu dengan Nita ? Hingga tukang kebun sepertimu pergi dari Semarang ke Jogja. Hal penting apa yang menyeretmu ke sini ?" Katanya masih sibuk dengan steaknya.
"Anu Bu. Saya mau menengok Mbak Nita. Hanya ingin tahu kabarnya setelah kecelakaan."
Aku mengeluh dalam hati. Benar kata orang. Satu kebohongan kecil akan diikuti oleh kebohongan-kebohongan kecil lainnya hingga berpotensi menjadi sebuah kebohongan besar ! Dan sepertinya itu pas sekali denganku saat ini.
"So sweet sekali kamu. Apa karena kau punya rasa padanya ?"
So apa tadi ?? So sit ? Ahhh ... aku tak paham !
"Bukan seperti itu Mam. Hanya saja aku ingin meminta tolong padanya. Ya ... untuk menuliskan ringkasan matkul ku ya terlewatkan beberapa hari ini ." Kata Nita.
Lalu tiba-tiba hembusan angin kecil masuk menyapa kami. Hingga menerbangkan kertas berisi info Nita Nilamsari yang ku bawa tadi. Kertas itu jatuh melayang tepat di kaki Bu Anggun. Mata Nita sontak melotot besar. Bang Udin kakinya makin keras gemetaran sedang jantungku bagai ingin meledak saat Bu Anggun membungkuk mengambil kertas itu. Aku hanya terdiam tak berkutik.
Bu Anggung menjembreng kertas itu. Lalu membaca setiap deret kata di sana. Matanya tetap dingin tanpa ekspresi. Ahhh ... kenapa kertas itu harus terbang. Hufft ... bisa-bisa kebohongan kami terbongkar. Aku mengutuk kebodohanku yang meletakkan kertas itu di meja.
"Baiklah ... aku sudah kenyang. Aku akan kembali ke toko. Kalian lanjutkan saja bicaranya. Oh ya ... kalian tak mau memesan menu lainnya ? Biar aku yang bayar." Katanya dengan senyum kaku.
Kami bertiga kompak menggeleng.
"Oke ... Nit, setelah selesai segera temui mama." Katanya lalu beranjak pergi sembari membawa kertas itu bersamanya.
Bu Anggun berdiri di kasir lalu menyodorkan kartu atm-nya. Matanya tajam menatapku dan di bibirnya tersungging senyum yang aneh. Mungkinkah dia menyadari kalau aku sudah berbohong ? Bahkan hanya dengan senyuman aku merasa telah ditelanjangi. Lalu akhirnya aku bernafas lega setelah dia keluar dari kafe dan berjalan menuju toko rotinya.
"Fem ... ! Kamu bodoh amat sih ! Aku yakin ibuku curiga pada kalian . Gimana nih ?" Katanya gusar.
"Mbak Nita tenang saja, kan itu juga belum pasti." Kataku menenangkan walau firasatku juga tak enak.
"Terus ada info apa saja di kertas itu ?" Tanya Nita.
"Cuma nama Mbak juga nama Bu Anggun . Tak ada info lain kok Mbak ." Kataku.
"Ahhh untunglah. Baiklah, sekarang kalian pulanglah. Nanti kapan-kapan aku hubungi. Kalau pergi, hati-hati. Ibuku sangat menakutkan !"
"Baik Mbak. Tapi sebelum pergi, bolehkah ku minta makanan itu ? Mubazir kalau gak di makan."
"Suruh bungkus pelayannya saja. Toh juga sudah dibayar ibuku."
Nita beranjak pergi, sementara aku menunggu makanan tadi di bungkus. Dan berdua dengan Bang Udin kami keluar mencari bis untuk pulang. Antrean yang tadi mengular kini mulai sepi. Toko roti ini sangat hebat. Dalam sekejab saja tumpukan roti tadi sudah bersih tak bersisa. Pantas mereka hidup bermewah-mewahan.
~~~~
Kami berjalan sepanjang jalan mencari bus tujuan ke pesantren tapi tak jua bertemu. Katanya kami harus berjalan ke terminal yang cukup jauh jaraknya. Sembari berjalan kami sesekali berhenti untuk minum dan makan. Untung tadi aku minta dibungkus. Kan lumayan, tapi memang walau cuma es jeruk juga tomat tapi terasa nikmat sekali. Rasanya beda dengan buatan sendiri.
"Ealah ... meh sampai kapan Nof kita jalan. Kesemutan ki kakiku. Tapi aku lumayan santai, gak kayak tadi pas ada Bu Anggun. " gerutu Bang Udin.
"Iya Bang. Kok beda ya sama ibuku. Dia walau gila pun masih lembut ehh ini waras kok kayak setan. Merinding jadinya Bang." Kataku menimpali.
Saat kami asyik berjalan tiba-tiba ada sebuah motor menghadang kami. Bukan hanya satu tapi empat motor. Penumpangnya gede-gede dan sangar sekali tampangnya. Jiwa polos ku pun tahu, kalau mereka komplotan preman. Bang Udin mulai ketakutan apalagi aku. Andai bogem itu menonjokku, bisa rontok semua gigiku.
"Fem ... itu sopo ? Kok sangar-sangar wajahnya. Jangan-jangan itu preman suruhannya Bu Anggun. Inget kata Nita gak Fem ?"
Aku bergidik ngeri mendengar cuitan Bang Udin. Sungguh wanita cantik itu mengerikan ! Terlihat tubuh-tubuh tegap itu mendekati kami. Tangannya terhunus pisau yang berkilat-kilat. Ingin rasanya lari sambil berteriak memanggil polisi. Tapi sepertinya tak ada pos polisi di dekat sini. Sial , gumamku.
"Kamu yang namanya Fendi ?" Tanya pria bertato di lengannya padaku.
Hmmm ... sepertinya benar itu suruhan Bu Anggun. Terbukti mereka tahu nama palsuku. Instingku mengatakan mereka akan membantai kami. Aku yang cungkring juga kecil ditambah Bang Udin yang juga kerempeng tak mungkin menang melawan mereka yang berotot besar itu.
"Bang ... kita lari aja, ya? Daripada jadi bola di kaki mereka. Gimana ?" Kataku menoleh pada Bang Udin.
Hah ...! Bang Udin yang tadi di sampingku kini sudah tak ada lagi batang hidungnya. Aku celingukan mencarinya dan mataku menemukan dia sedang berlari menjauh dari kami.
"Lari Femmmmm ...." katanya dengan lari secepat kilat.
Aku refleks ikut lari mengejar Bang Udin. Dan empat orang pria itu mengejarku berlari sedang lainnya mengejar dengan motor. Ahhhh ... adeganku ini bagai dalam film action. Aku berlari bersalip-salipan dengan Bang Udin. Kalau sampai tertangkap, matilah kami !
"Fem ... kita pisahan aja ya ? Aku ke sana kamu ke sana. Nanti kita ketemu di terminal ! Oke ??"
Belum sempat aku menjawab, Bang Udin berganti haluan melewati deretan toko. Ahhh ... dia tahu Jogja ! Sedangkan aku ?? Kini aku terpaksa berbelok arah berlawanan dengan Bang Udin. Ku baurkan tubuhku diantara para pengunjung pasar tradisional. Aku berlari kencang dengan sesekali menoleh ke belakang. Dan sudah ada dua motor yang menguntitku. Aku semakin panik mencari jalan keluar. Dan ....
"Arrrgh ... "
Aku terjatuh karena terpeleset sayuran busuk. Aku berusaha bangkit walau nyeri di kaki kananku. Sepertinya aku kesleo. Bodo amat !! Aku mencoba berlari secepat mungkin walau terpincang-pincang, tapi ku lihat motor itu makin mendekat hingga tanganku tiba-tiba ditarik seseorang. Tanpa aku tahu dia siapa, aku mengikutinya berlari. Entah kenapa aku merasa pria ini bukanlah anggota komplotan preman itu.
"Cepat naik !"
Pria itu berseru dari atas motor sport-nya dengan helm full-face terpasang di kepalanya. Aku yang terbengong membuat dia gusar.
"Cepetan !! Kamu mau mati di tangan mereka ?" Aku dibentaknya hingga aku naik motor itu dengan cepat.
Kini bukan lagi adu lari tapi adu kecepatan motor. Tubuhku kaku manakala motor ini meliuk-liuk melewati mobil yang mulai memadati jalanan Jogja hari ini. Tangan pria ini sangat lincah hingga dua motor yang mengejarku tadi perlahan tak terlihat.
Aku menghela nafas lega, aku selamat ! Kini pikiranku melayang ke Bang Udin. Semoga dia juga selamat dari preman itu. Aku kini mulai beralih memperhatikan pria di depanku ini. Dia memakai jaket kulit tebal. Aku menempelkan tubuhku lalu bertanya.
"Maaf ... kamu siapa ??"
Tanyaku pada pria berhelm di depanku ini. Tapi dia tak merespon, fokus pada jalanan yang kini mulai padat merayap. Dan inilah akhirnya yang ku dapat. Entah apa mau Bu Anggun hingga mengirim preman padaku. Mungkinkah dia mencurigaiku ? Ataukah ada alasan lain di baliknya ? Aku bertanya-tanya hingga menyadari motor ini sudah melewati terminal.
~~~bersambung~~~
Penasaran ??
Bertanya-tanya siapa Bu Anggun ?
Tunggu jawabannya di part selanjutnya 😉😉
No comments:
Post a Comment