MAKALAH
SEJARAH PENDIDIKAN ISLAM
PADA MASA KEJAYAAN
Disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah
“
Sejarah Pendidikan Islam ”
( Dosen pengampu HM. Sukardjo, M.Ag )
Disusun
Oleh :
|
NIM.
|
112009284
|
|
NIM.
|
112009285
|
|
NIM.
|
112009286
|
|
NIM.
|
112009190
|
|
NIM.
|
112009289
|
|
NIM.
|
112009290
|
|
NIM.
|
112009291
|
|
NIM.
|
112009294
|
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA
TENGAH DI WONOSOBO
2011
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Segala
puji hanyalah milik Allah, kita senantiasa memuji, memohon pertolongan dan Ampunan
kepada Nya, dan kita senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari
kejahatan hawa nafsu dan keburukan amal perbuatan kita. Barang siapa yang
mendapat petunjuk dari Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya,
dan barang siapa yang disesatkan oleh Nya, tiada seorangpun yang dapat memberi
petunjuk kepadanya.
Dalam menyusun makalah ini
tentunya banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah. Ihdinash shirathal
mustaqiim.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Sukoharjo, November 2011
Penyusun
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................ i
LEMBAR JUDUL............................................................................ ii
KATA PENGANTAR......................................................................
iii
DAFTAR ISI.....................................................................................
iv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................... 1
BAB II. PEMBAHASAN................................................................ 2
BAB III.KESIMPULAN.................................................................. 15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................... 16
BAB I
PENDAHULUAN
Proses pendidikan sebenarnya telah
berlangsung sepanjang sejarah dan berkembang sejalan dengan perkembangan sosial
budaya manusia di bumi. Proses pewarisan dan pengembangan budaya manusia yang
bersumber dan berpedoman pada ajaran Islam sebagaimana termaktub dalam Al
Qur`an dan terjabar dalam Sunnah Rasul bermula sejak Nabi Muhmmad SAW
menyampaikan ajaran tersebut pada umatnya.
Pembahasan tentang pertumbuhan dan
perkembangan pendidikan Islam dibagi dalam lima periodisasi, yaitu periode pembinaan
pendidikan Islam pada masa Nabi Muhammad SAW, periode pertumbuhan pendidikan
Islam yang berlangsung sejak Nabi Muhammad SAW wafat sampai masa akhir Bani
Umayyah, periode kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam yang
berlangsung sejak permulaan Daulah Abbasiyah sampai jatuhnya Baghdad, periode
kemunduran pendidikan Islam, yaitu sejak jatuhnya Baghdad sampai jatuhnya Mesir
ke tangan Napoleon yang ditandai dengan runtuhnya sendi-sendi kebudayaan Islam
dan berpindahnya pusat-pusat pengembangan kebudayaan ke dunia Barat dan periode
pembaharuan pendidikan Islam yang berlangsung sejak pendudukan Mesir oleh
Napoleon sampai masa kini yangn ditandai dengan gejala-gejala kebangkitan
kembali umat dan kebudayaan Islam.
Dalam makalah ini akan dibahas tentang periode
kejayaan (puncak perkembangan) pendidikan Islam yang berlangsung sejak
permulaan Daulah Abbasiyah sanpai dengan jatuhnya Baghdad yang diwarnai oleh
berkembangnya ilmu aqliyah dan timbulnya madrasah serta memuncaknya
perkembangan kebudayaan Islam.
Pembahasan pada periode kejayaan ini
merupakan rangkaian pembahasan sejarah pendidikan Islam. Karena pada hakikatnya
suatu peristiwa sejarah seperti halnya sejarah pendidikan Islam selalu
berkaitan dengan peristiwa lainnya yang saling berhubungan yang mengakibatkan
terjadinya rentetan peristiwa serta memberinya dinamisme dalam waktu dan
tempat.
BAB
II
PEMBAHASAN
SEJARAH
PENDIDIKAN ISLAM PADA MASA KEJAYAAN
Masa kejayaan pendidikan Islam merupakan
satu periode dimana pendidikan Islam berkembang pesat yang ditandai dengan
berkembangnya lembaga pendidikan Islam dan madrasah (sekolah-sekolah) formal
serta universitas-universitas dalam berbagai pusat kebudayaan Islam.
Lembaga-lembaga pendidikan sangat dominan pengaruhnya dalam membentuk pola
kehidupan dan pola budaya umat Islam. berbagai ilmu pengetahuan yang berkembang
melalui lembaga pendidikan itu menghasilkan pembentukan dan pengembangan
berbagai macam aspek budaya umat Islam.
Pada masa kejayaan ini, pendidikan Islam
merupakan jawaban terhadap tantangan perkembangan dan kemajuan kebudayaan
Islam. kebudayaan Islam telah berkembang dengan cepat sehingga mengungguli dan
bahkan menjadi puncak budaya umat manusia pada masa itu.
Dalam perkembangan kebudayaan Islam, ada dua
faktor yang mempengaruhi yaitu faktor intern atau pembawaan dari ajaran Islam
itu sendiri dan faktor ekstern yaitu berupa tantangan dan rangsangan dari luar.1
Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan
pada masa dinasti Abbasiyah, yaitu pada masa pemerintahan Harun al Rasyid
(170-193 H). Karena beliau adalah ahli ilmu pengetahuan dan mempunyai
kecerdasan serta didukung negara dalam kondisi aman, tenang dan dalam masa
pembangunan sehingga dunia Islam pada saat itu diwarnai dengan perkembangan
ilmu pengetahuan.2
Tujuan pendidikan pada masa Abbasiyah yaitu3;
1.
Tujuan Keagamaan dan Ahlak
Anak
didik diajarkan membaca dan menghafal al Qur`an karena hal itu merupakan suatu
kewajiban dalam agama agar mereka mengikuti ajaran agama dan berahlak menurut
agama.
2.
Tujuan Kemasyarakatan
Pemuda-pemuda
yang belajar dan menuntut ilmu agar mereka dapat mengubah dan memperbaiki
masyarakat menjadi masyarakat yang bersinar ilmu pengetahuan.
3.
Cinta akan Ilmu Pengetahuan
Belajar
demi memperdalam ilmu pengetahuan.
4.
Tujuan Kebendaan
Menuntut
ilmu supaya mendapat penghidupan yang layak, pangkat yang tinggi, bahkan
kekuasaan dan kemegahan di dunia ini.
A. Kurikulum
Menurut Ahmad Tafsir, kurikulum adalah sejumlah mata
pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajari oleh siswa. Pada masa kejayaan
Islam, mata pelajaran bagi kurikulum sekolah tingkat rendah adalah al Qur`an,
agama, membaca, menulis, dan syair. Di istana-istana biasanya ditegaskan
pentingnya pengajaran khittabah, ilmu sejarah, cerita perang, cara-cara
pergaulan, ilmu-ilmu pokok seperti al Qur`an, syair dan fiqh.
Di lembaga-lembaga pendidikan formal, seperti masjid,
kurikulumnya adalah ilmu agama dengan al Qur`an sebagai intinya. Selain itu
hadits dan tafsir. Hadits merupakan materi penting di masjid-masjid, karena
kedudukannya sebagai sumber agama Islam yang kedua, setelah
Al Qur`an. Sedangkan tafsir adalah ilmu yang membahas
kandungan al -Qur`an dengan penafsirannya.
Pelajaran fiqh, merupakan materi kurikulum
yang paling populer karena bagi mereka yang ingin mencapai jabatan-jabatan
dalam pengadilan harus mendalami bidang studi tersebut. Banyaknya muslim yang
tertarik pada ilmu fiqh karena besarnya penghasilan yang diperoleh ahli-ahli
fiqh dalam memecahkan masalah fiqhiyah seperti masalah warisan menyebabkan
berkembangnya kebiasaan buruk sebagaimana yang dikritik oleh al Ghazali yaitu
munculnya ahli fiqh yang memberikan fatwa-fatwa demi mengharap imbalan harta.
Seni berdakwah (retorika) juga membentuk
bagian penting dalam pengajaran ilmu-ilmu agama, karena kemampuan menyampaikan
dakwah dengan meyakinkan dan pelajaran yang ilmiah serta memainkan peranan
penting dalam kehidupan keagamaan dan pendidikan Islam di kalangan masyarakat
muslim. Mata pelajaran retorika teridiri dari tiga cabang yaitu al Ma`ani
yang membahas perbedaan kalimat dan bagaimana melafalkannya dengan jelas, al
Bayan, yang mengajarkan seni mengekspresikan ide-ide dengan fasih dan
tidak mengandung arti ganda, dal al Badi yang membahas kata-kata indah
dan hiasan kata dalam pidato4.
B. Metode Pengajaran
Metode pemngajaran merupakan salah satu
aspek yang penting dalam proses belajar mengajar untuk mentransfer pengetahuan
atau kebudayaan dari seorang guru kepada anak didiknya. Melalui metode
pengajaran terjadi proses internalisasi dan pemilihan ilmu oleh murid, sehingga
murid dapat menyerap apa yang disampaikan gurunya.
Metode pengajaran yang dipakai pada masa dinasti Abbasiyah
dapat dikelompokkan menjadi 3 macam, yaitu5 :
1.
Metode lisan
Metode ini dapat
berupa dikte, ceramah, qira`ah, dan dapat berupa diskusi. Dikte (imla) adalah
metode untuk menyampaikan pengetahuan yang dianggap baik dan aman sehingga
pelajar mempunyai catatan yang dapat membantunya terutama bagi yang daya
ingatnya tidak kuat. Metode ceramah (al asma`), yaitu guru membacakan bukunya
atau menjelaskan isi buku dengan hafalan, sedangkan murid mendengarkannya. Pada
saat tertentu guru memberi kesempatan kepada murid untuk menulis dan bertanya.
Metode qira`ah (membaca) biasanya digunakan untuk membaca. Sedangkan diskusi
merupakan metode pengajaran dalam pendidikan Islam dengan cara perdebatan.
2.
Metode hafalan
Metide ini dilakukan
oleh murid dengan cara membaca berulang-ulang sehingga pelajaran melekat di
benak mereka. Dalam proses selanjutnya, murid mengeluarkan kembali pelajaran
yang dihafalnya sehingga dalam suatu diskusi dia dapat merespon, mematahkan
lawan, atau memunculkan ide baru.
3.
Metode tulisan
Metode ini merupkan
metode pengkopian karya-karya ulama. Metod ini di samping bermanfaat bagi
proses penguasaan pengetahuan juga sangat besar artinya bagi penggandaan jumlah
buku karena pada masa itu belum ada mesin cetak.
C. Kehidupan Murid
Ciri utama kehidupan murid dalam pendidikan tingkat dasar
adalah :
1.
Diharuskannya belajar membaca dan menulis.
2.
Bahan pengajarannya menggunakan syair-syair dan bukan
al Qur`an karena dikhawatirkan mereka membuat kesalahan yang akan menodai al
Qur`an.
3.
Murid-murid diajarkan membaca dan menghafalkan al
Qur`an.
4.
Pada sekolah dasar tidak ditentukan lamanya belajar dan
tergantung pada kemampuan anak-anak.
5.
Hubungan guru dan murid sebagai hubungan orang tua dan
anak.
Pada pendidikan tingkat tinggi murid-murid bebas memilih guru
yang mereka sukai yang dianggapnya paling baik.
Di antara ciri khas pendidikan di masa
dinasti Abbasiyah adalah teacher oriented , yaitu kualitas suatu
oendidikan tergantung pada guru. Pelajar bebas mengikuti suatu pelajaran yang
dikehendaki dan bisa belajar dimana saja, misdalnya di perpustakaan, toko buku,
rumah ulama atau tempat terbuka. Pelajar dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu
pelajar tidak tetap, yang terdiri dari para pekerja yang mengikuti pelajaran
untuk menunjang profesi dan pelajar tetap, yaitu pelajar yan g mempunyai tujuan
utama untuk belajar dan menghabiskan sebagian hidupnya untuk belajar.
Setiap pelajar membuat daftar guru-guru yang mengajar yang
disebut Mu`jam al Masyakhah. Daftar tersebut digunakan sebagi bukti
bahwa mereka telah belajar kepada guru-guru yang terkenal dan dapat mengetahui
kualitas hadits yang mereka terima dari seorang guru.
D. Rihlah Ilmiyah
Yaitu pengembaraan atau perjalanan jauh
untuk mencari ilmu. Dengan adanya sistem ini pendidikan di masa dinasti
Abbasiyah tidak hanya di batasi dengan dinding kelas (school without wall)
tetapi memberikan kebebasan kepadamurid untuk belajar kepada guru-guru yang
mereka kehendaki. Guru-guru juga melakukan perjalanan dan pindah dari satru
tempat ke tempat lain untuk mengajar sekaligus belajar, sehingga sistem rihlah
ilmiyah disebut dengan learning society (masyarakat belajar).
Kebebasan perjalanan di berbagai daerah
Islam menyebabkan pertukaran pemikiran (culture contact) terus
berlangsung antar masyarakat Islam sehingga dinamika sosial dan peradaban Islam
terus berlangsung. Syalabi, mengutip dari Nicholson menjelaskan bahwa melakukan
perjalanan ilmiah laksana lebah mencari bunga ke tempat yang jauh kemudian
mereka kembali ke kota kelahirannya dengan membawa madu yang manis.
E. Wakaf
Lembaga wakaf menjadi sumber keuangan bagi
lembaga pendidikan Islam. adanya sistem wakaf dalam Islam disebabkan oleh
sistem ekonomi Islam yang menganggap bahwa ekonomi berhubungan erat dengan
akidah dan syari`ah Islam sehingga aktifitas ekonomi memppunyai tujuan ibadah
dan kemaslahatan bersama. Oleh karena itu di saat ekonomi Islam mencapai
kemajuan, umat Islam tidak segan-segan membelanjakan uangnya untuk kepentingan
dan kesejahteraan umat Islam seperti halnya untuk pelaksanaan pendidikan Islam.
Dengan dipelopori penguasa Islam yang cinta ilmu seperti Harun al Rasyid dan al
Ma`mun maka berdirilah lembaga-lembaga pendidikan untuk keilmuan.
Menurut Syalabi, bahwa khalifah al Ma`mun adalah orang yang
pertama kali memberikan pendapatnya tentang pembentukan badan wakaf.
F. Berkembangnya Lembaga Pendidikan Islam
1.
Lembaga Pendidikan Islam Nonformal
a.
Kutab sebagai Lembaga Pendidikan Dasar
Kutab atau maktab,
berasal dari kata dasra kattaba yang berarti menulis atau tempat
menulis. Pada mulanya dilaksanakan di rumah guru-guru yang bersangkutan, yang
diajarkan adalah menulis dan membaca. Kemudian pada akhir abad pertama
hijriyah, kutab tidak hanya mengajarkan menulis dan membaca, tetapi juga
mengajarkan membaca al Qur`an dan pokok-pokok ajaran Islam.
b.
Pendidikan Rendah di Istana
Pendidikan anak di
istana berbeda dengan pendidikan di kutab pada umumnya. Di istana orng tua
murid membuat rencana pelajaran yang selaras dengan anaknya. Guru yang mengajar
disebut Mu`addib, karena berfungsi mendidik budi pekerti dan
mewariskan kecerdasan serta pengetahuan.
c.
Toko-Toko Kitab
Toko-toko kitab
bukan hanya sebagai tempat berjual beli saja, tetapi juga sebagi tempat
berkumpulnya para ulama, pujangga, dan ahli-ahli ilmu pengetahuan untuk
berdiskusi, berdebat, bertukar pikiran dalam berbagai masalah ilmiah atau
sekaligus sebagai lembaga pendidikan dalam rangka pengembangan berbagai macam
ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam.
d.
Rumah-Rumah Para Ulama (Ahli Ilmu Pengetahuan)
Pada masa kejayaan
perkembangan ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam, rumah-rumah para ulama dan
ahli ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dalam pengembangan ilmu
pengetahuan. Di antaranya, rumah Ibnu Sina, al Ghazali, Ali Ibnu Muhammad al
Fashihi, Ya`qub Ibnu Killis, Wazir Khalifah, dan al Aziz Billah al Fathimy.
e.
Majelis Kesusasteraan
Yaitu majelis khusus
yang diadakan oleh khalifah untuk membahas berbagai macam ilmu pengetahuan.
f.
Badiah (Padang Pasir, Dusun Tempat Tinggal Badwi)
Badiah digunakan
sebagai tempat untuk mempelajari bahasa Arab yang fasih dan murni serta
mempelajari syair-syair dan sastra Arab. Ulama-ulama yang banyak pergi ke
Badiah untuk tujuan tersebut di antaranya;6
1. al
Khalil bin Ahmad (160 H). ia pergi ke badiah Hijaz, Najd, dan Tihamah.
2. Bajar
bin Burd (167 H). Ia belajar kepada 80 orang syekh di Bani Aqil.
3. al
Kasai (182 H). Ia belajar di badiah dan menghabiskan 15 botol tinta untuk menulis
tentang Arab.
4. Imam
Syafi`i (204 H). Ia belajar di Hudzail selama 17 tahun.
g.
Rumah Sakit (Bimaristan)
Pada
masa dinasti Abbasiyah yang mendirikan rumah sakit adalah Harun al Rasyid, yang
memerintahkan kepada dokter Jibrail bin Buhtaisu untuk mendirikan rumah sakit
di Baghdad. Di sebelah rumah sakit ada perpustakaan dan bilik untuk mengajarkan
ilmu kedokteran dan ilmu obat-obatan.
h.
Perpustakaan
Perpustakaan menjadi
aspek budaya yang penting dan sebagai tempat belajar serta sumber pengembangan
ilmu pengetahuan. Perpustakaan ada 3 macam, yaitu;
1.
Perpustakaan baitul hikmah di Baghdad, didirikan oleh
khalifah Harun al Rasyid. Perpustakaan ini berisi ilmu-ilmu agama Islam dan
bahasa Arab dan ilmu umum yang diterjemahkan dari bahasa Yunani, Persia, India,
Qibty, dan Arami.
2.
Perpustakaan al Haidariyah di Najaf (Irak) di sebelah
makam Ali bin Abi Thalib.
3.
Perpustakaan Ibnu Suwar di Basrah, didirikan oleh Abu
Ali bin Suwar. Dalam perpustakaan ini diadakan khalakah pelajaran.
4.
Perpustakaan Sabur didirikan pada tahun 383 H oleh Abu
Nasr sabur bin Ardasyir. Dalam perpustakaan ini kurang lebih ada 10.400 jilid
buku.
5.
Darul Hikmah di Kairo (Mesir), didrikan oleh al Hakim
Biamrillah al Fathimy tahun 395 H.
6.
Perpustakaan khusus, yaitu perpustakaan al Fath bin
Khagan Wazir al Mutawakkil al Abbasy (247 H), Perpustakaan Hunain bin Ishaq
(264 H), dan Perpustakaan Ibnu al Khassyah (567 H).
7.
Perpustakaan di Andalusia, perpustakaan yang besar
adalah perpustakaan di Kurtubah (Cordova). Didirikan oleh al Hakam bin an
Nashir yang menjadi khalifah di Andalusia tahun 350 H.
i.
Ribath (Khaniqah), ialah kamp, tempat tentara yang dibangun di perbatasan
negeri intuk mempertahankan negara dari serangan musuh. Ribath yang terbesar
adalah di sebelah utara negeri Syam (Syiria) dan utara Afriqiah (Tunisia).
Ribath digunakan sebagai tempat tinggal orang-orang sufi dan tempat penginapan
alim ulama dan pelajar yang datang dari luar negeri untuk belajar hadits, ilmu
agama, dan bahasa Arab.
2.
Lembaga Pendidikan Formal
a.
Madrasah Nizamiah didirikan oleh Nizam al Mulk, perdana menteri Saljuk pada
tahun 1065 M – 1067 M. Pada tiap-tiap kota Nizam al Mulk mendirikan satu
madrasah besar, di antaranya di Baghdad, Balkh, Naisabur, Harat, Asfahan,
Basran, Marw, dan Mausul. Tetapi madrasah Nizamiah Baghdad adalah madrasah yang
terbesar dan terpenting. Tujuan Nizam al Mulk mendirikan madrasah-madrasah itu
adalad untuk menperkuat pemerintahan Turki Saljuk dan untuk menyiarkan madzhab
keagamaan pemerintahan.
Madrasah ini
didirikan di dekat pinggir sungai Dijlah, di tengah-tengah pasar Selasah di
Baghdad pada tahun 457 H. Guru-guru madrasah ini diantaranya Abu Ishaq as
Syiraji (guru tetap), Abu Nasr as Sabagh, Abul Qasim al `Alawi, Abu Abdullah al
–Thabari, Abu Hamid al Ghazali, Radliyudin al Kazwaeni dan al Fairuz Abadi.
b.
Madrasah Nuruddin Zinki, didirikan oleh Nuruddin Zinki di Damaskus.
Madrasah-madrasah yang didirikannya yaitu madrasah an Nuriyah al Qubra di
Damaskus (563 H). Gedung madrasah terdiri dari iwan (aula tempat kuliah),
masjid, tempat istirahat untuk guru, asrama, tempat tinggal pesuruh madrasah,
kamar kecil, dan lapangan. Madrasah lainnya yaitu madrasah yang didirikan pada
masa al Ayubi dan madrasah al Mustansiriah di Baghdad (Irak) tahun 631 H.
Madrasah al Mustansiriah didirikan oleh khalifah Abasyi al Mustansir Billah
pada tahun 631 H. Ilmu-ilmu yang diajarkan yaitu ilmu al Qur`an, syari`ah,
bahasa Arab, kedokteran, dan ilmu pasti.
c.
Perguruan Tinggi;
1.
Baitul Hikmah di Baghdad, didirikan pada amasa Harun al
Rasyid (170-193 H), kemudian diperbesar oleh khalifah al Ma`mun (198-218 H).
Pada Baitul Hikmah bukan saja diajarkan ilmu-ilmu agama Islam, tetapi juga
ilmu-ilmu pengetahuan seperti ilmu alam, kimia, falaq, dan lain-lain. Guru
besar Baitul Hikmah adalah Salam, yang menguraikan teori-teori ilmu pasti dalam
al Maj`sthi (almageste) kitab karangan Bathlimus (Ptolemee). Kemudian guru
besar al Khawarazmi, ahli ilmu pasti, ahli falaq, dan pencipta ilmu al jabar,
guru besar Muhammad bin Musa bin Syakir, seorang ahli ilmu ukur, ilmu bintang
dan falaq. Di baitul Hikmah dikumpulkan buku-buku ilmu pengetahuan dalam
bermacam-macam bahasa seperti bahasa Arab, Yunani, Suryani, Persia, India, dan
Qibtia. Kemudian al Ma`mun mendirikan peneropong bintang yang disebut
peneropong al Ma`muni. Setelah wafat al Ma`mun, maka Baitul Hikmah tidak
mendapat perhatian penuh dari khalifah-khalifah.7
2.
Darul `Ilmi di Kairo. Didirikan oleh al Hakim
Biamrillah al Fathimi di pinggir sungai Nil untuk menyaingi Baitul Hikmah di
Baghdad. Menurut keterangan al Makrizi, bahwa Darul `Ilmi didirikan di kampung
al Kharun Fusy dengan perintah al Hakim Biamrillah al Fathimi. Ilmu yang
diajarkan di antaranya; ilmu agama, falaq, kedokteran, dan berhitung.
G. Berkembangnya Ilmu Pengetahuan
1.
Ilmu Tafsir
Ulama-ulama tafsir
tidak hanya menerangkan makna-makna al Qur`an saja, tetapi juga menerangkan
sebab-sebab turunnya ayat, bukti-bukti dari segi bahasa, nahwu, balaghah, yang
dikandungnya dan dengan akidah dan hukum-hukum fiqh yang bisa dihasilkan dari
ayat-ayat tersebut. Seperti tafsir Imam Salam al Basri (w.200 H),
tafsir Mufradat al Qur`an (bahasa al Qur`an) karangan al
Roghib al as Fahani, tafsir Abu Ishaq al Zajjaj, tafsir al Bahr
al Muhit (masalah nahwu) karangan Abu Hayyan, tafsir al
Kasysyaf (segi balaghah) oleh al Zamakhsyari, tafsir al
Qurtubi (penentuan hukum-hukum fiqh), dan tafsir al Fahr al Razi
yang bernama Mafatih al Ghayb yang menitik beratkan pada aspek intelektual.
2.
Ilmu Qira`at
Lahirnya madzhab
qira`at di Andalusia seperti Abu `Umar al Dani, Abu Muhammad al Syatibi, dan
Abu Abdullah al Sarbini al Kharraz.
3.
Ilmu Hadits
Diantara ulama-ulama
yang menganjurkan penghimpunan hadits-hadits shahih adalah Imam Malik bin Anas
(95-179 H) yang menulis kitab al Muwatha`, kemudian diikuti oleh Imam Muhammad
bin Ismail al Buhori (259 H) dan muridnya Muslim bin Al Hajaj al Nisaburi
(w.261 H). Kemudian muncul kitab-kitab hadits shahih yang dikarang oleh
ulama-ulama terkenal seperti Abu Dawud Sulaiman bin al Asy`ath al Sajistani
(w.275 H), Imam Abu `Isa Tirmidzi (w.273 H), dan Imam al Nasai (w.303 H).8
4.
Ilmu Fiqh
Di antara yang
terkenal dalam bidang ini adalah Abu Hanifah al Nu`man bin Tabith pendiri
madzhab Hanafi (80 – 150 H), Malik bin Anas al Asbahi (95 – 179 H), Abu
Abdullah Muhammad bin Idris al Syafi`i (150-204 H), dan Imam Ahmad bin Hanbal
al Syaibani (164-241 H).
5.
Ilmu Ushul Fiqh
Diantara yang
terkenal dalam bidang ini adalah Imam Muhammad bin Idris al -Syafi`i, Abu Bakar
al Syasyi al Qaffal al Syafi`i, al Walid al Baji al Andalusi, al -Syatibi
dengan kitabnya al Muwafaqot fi Ushul al Ahkam, al Ghazali dengan
kitab al-Mustasfa. Juga terkenal al Baqillani, Ibnu al Hajib, dan Abu Ishaq
Ibrahim al –Nisaburi.
6.
Ilmu Kalam
Di antara yang
terkenal di kalangan madzhab Asy`ari adalah Abu Bakar al Bakillani, Imam al
Haramain, Abdul Kohir al Baghdadi, al Ghazali, al Syahrastani, Abu al -Ma`ali,
al Juwaini, dan lain-lain.
7.
Ilmu Tasawuf
Mula-mula tasawuf
Islam berdasar pada al Qur`an dan Sunnah seperti yang diamalkan para sahabat,
tabi`in, dan ulama-ulama fiqh, seperti Malik bin Anas dan Ahmad bin Hanbal.
Kemudian muncul tasawuf sunni yang berkembang ditangan al Harits al Muhasibi
dan Abu al Qasim al Junaid dan pada puncaknya ditangan al Ghazali yang tersebar
melalui tariqat syaziliah.
8.
Ilmu Tulen
1.
Ilmu Matematika, di antarnya yang terkenal adalah
Muhammad bin Musa al Khawarizmi (w.236 H) yang menulis al jabar dalam bukunya al
Jibr wal Muqabalah, al Qaslawi yang menggunakan symbol dalam matematik, al
Tusi yang menunjukkan kekurangan teori eclideus.
2.
Ilmu Falaq, di antara yang terkenal adalah Muhammad al
Fazzari (w.158 H), sebagai ahli falaq Islam yang pertama dan penerjemah buku al
Sind Hind. Kemudian Abu Ishaq bin Habib bin Sulaiman (w.160 H) yang
menulis buku falaq dan mencipta alat-alat teropong bintang, Musa bin Syakir
yang menulis buku ilmu falaq berjudul Kitab al Ikhwah al Thalathah,
Abu Ma`asyar bin Muhammad bin `Umar al Balkhi, dengan bukunya al Madkhal
ila ahkam al Nujum, dan Ibnu Jabir al Battani (w.318 H), salah seorang
pelopor trigonometri.
3.
Ilmu Musik, seperti al Kindi al Farabi, dan Ibnu Sina
9.
Ilmu Kealaman dan Eksperimental
1.
Ilmu Kimia, yang pertama kali menerjemahkan ilmu kimia
ke dalam bahasa Arab ialah Amir Umaiyah Khalid bin Yazid bin Muawiyah (w.85 H).
Kemudian diikuti oleh al Kindi, al Razi, Ibnu Sina, Abu Mansur Muwaffaq,
Muhammad bin Abdul Malik, dan Mansur al Kamili.
2.
Ilmu Fisika, salah seorang yang paling berpengaruh
dalam bidang ini adalah al Hasan bin al Haitham (w.430 H), salah satu bukunya
adalah al Manazir.
3.
Ilmu Biologi, di antara yang terkenal ialah Abu Bakar
Muhammad al Razi (w.315 H), seorang dokter yang menulis tentang tumbuhan bunga
dan buah-buahan. Diikuti oleh Ibnu Sina (w.423 H) seorang filosof dan dokter
yang menulis tentang tubuh-tumbuhan dalam bukunya al Qanun.
1.
Ilmu Kedokteran, di antara ilmuwan-ilmuwan muslim yang
terkenal adalah Abu Bakar al Razi (w.351 H), bukunya yang termashur adalah al
Hawi sebagai ensiklopedia kedokteran. Kemudian Ibnu Sina yang mengarang
buku al Qanun yang juga dianggap ensiklopedia kedokteran dan farmasi, Ali al
Abas (w.348 H) dengan bukunya Kamil al Sina`ah fi al Tib. Juga
terkenal dokter mata dan pengarang buku al Tazkir yaitu Ibnu al Jazzar
(w.1009 H). Abu al Qasim al Zahrawi, seorang tukang bedah di Andalusia yang
menulis buku al Tasrif liman `Aziz `an al Ta`alif, Abu Marwan Abdullah
bin Zuher al Isyabili al Andalusi seorang ahli kedokteran klinik terbesar, `Ala
al Din `Ali bin Abi Hazm al Qurasyi al Dimasqi (Ibnu al Nafis) seorang ahli
anatomi, Ibnu al Khatimah yang menulis tentang penyakit campak dan lain-lain.
2.
Ilmu Farmasi, ahli-ahli yang menulis khusus mengenai
farmasi yaitu al Razi, Abd Rahman bin Syahid al Andalusi, Masawaih al Mardini,
Ibn Wafid al Tulaitali al Andalusi, Ibnu al Baitar, Abu Abdullah bin Sa`id al
Tamimi, dan Ahmad bin Khalil al Qafiqi.
3.
Ilmu Pertanian, di antara yang terkenal adalah Ibn al
Rumiyah al Isyabili dan muridnya Ibn al Baitar, Zakariya bin Muhammad bin al
`Awwam al Isyabili yang menulis kitab al Falahah.
Para sarjana muslim telah mengembangkan
metodologi untuk mendapatkan ilmu pengetahuan melalui metode observasi dan
metode histories (sejarah) sebagaimana yang dikembangkan Ibnu Khaldun. Dalam
bidang kebudayaan pada umumnya Islam telah mempersembahkan kepada dunia, suatu
tingkat budaya tinggi yang menjadi mercusuar budaya umat manusia beberapa abad
sesudahnya. Dalam bidang arsitektur sangat menonjol bangunan-bangunan masjid
dan istana-istana yang indah.
Demikianlah dunia Islam di masa jayanya,
yang dihiasi dengan berbagai unsur budaya dan ilmu pengetahuan yang beraneka
ragam, dapat diibaratkan sebagai taman yang indah penuh dengan berbagai macam
tanaman dengan bunga dan buah yang beraneka warna. Keadaan demikian
berlangsung, sampai suatu saat terjadi kemunduran kaum muslimin setelah
jatuhnya kota Baghdad yang diserang oleh Tar-Tar (Hulako) tahun 658 H.Hulako
memerintahkan supaya khalifah Abbasiyah, ulama-ulama, dan pembesar-pembesar di
bunuh. Oleh tentara Hulako diadakan pembunuhan besar-besaran selama 40 hari
lamanya. Keluarga khalifah, ulama, dan pembesar-pembesar habis terbunuh, yang
tertinggal hanya anak-anak bayi yang dijadikan tawanan dan budak dan
orang-orang yang dapat melarikan diri. Kitab-kitab dan buku-buku dalam
perpustakaan dibakar habis dan kulitnya dijadikan sepatu tentara. Dengan
demikian, berakhirlah sejarah khalifah di kota Baghdad, sehingga kota itu
menjadi sunyi senyap, tidak ubahnya seperti negeri yang dikalahkan garuda dan
merupakan masa semakin memudarnya mercusuar kebudayaan Islam.
BAB
III
KESIMPULAN
Pendidikan Islam mencapai puncak kejayaan pada masa dinasti Abbasiyah,
yaitu pada masa pemerintahan Harun al Rasyid. Pendidikan pada masa ini memiliki
tujuan keagamaan dan ahlak, tujuan kemasyarakatan, cinta ilmu pengetahuan dan
tujuan kebendaan.
Kehidupan murid pada pendidikan tingkat dasar memiliki ciri-ciri yaitu
diharuskannya belajar membaca dan menulis, diajarkan membaca dan menghafalkan
al Qur`an, serta hubungan yang baik antara guru dan murid layaknya orang tua
dan anak. Pada pendidikan tingkat tinggi kehidupan murid berbeda karena mereka
diberi kebebasan untuk memilih guru yang mereka kehendaki dan diberi kebebasan
untuk berpindah dari guru yang satu ke guru yang lain apabila guru itu dianggap
lebih baik.
Pada masa itu berkembang sistem rikhlah ilmiah, yaitu pengembaraan dan
perjalanan jauh yang dilakukan oleh guru dan pelajar sehingga dinamika sosial
dan peradaban Islam terus berkembang. Juga dikenal lembaga wakaf yang bertujuan
untuk kemaslahatan dan kesejahteraan umat Islam terutama dalam bidang
pendidikan.
Pada masa kejayaan ini ditandai dengan berkembangnya berbagai lembaga
pendidikan, baik formal yaitu berupa madrasah (sekolah) dan nonformal yang
berupa kutab, pendidikan di istana, toko-toko buku, rumah-rumah ulama, majelis
kesusasteraan, badiah, rumah sakit, perpustakan, dan ribath. Selain itu juga
berkembang ilmu pengetahuan sebagai mercusuar bagi pendidikan Islam di masa
yang akan datang.
Masa kejayaan pendidikan Islam berakhir setelah jatuhnya kota Baghdad
oleh Tar-Tar (Holako) dan sebagai masa memudarnya kebudayaan Islam.
DAFTAR
PUSTAKA
Asrohah,
Hanun, M.Ag, Sejarah pendidikan Islam, Jakarta : PT. Logos Wacana
Ilmu. 1999
Langgulung,
Hasan, Pendidikan Islam Menghadapi Abad ke 21, Jakarta : Pustaka al-
Husna, 1998.
Yunus, Mahmud, Sejarah
Pendidikan Islam, Jakarta : PT. Hidakarya Agung, 1992.
Zuhairini, Dra,
dkk, Sejarah Pendidikan Islam, Jakarta : Proyek Pembinaan Prasarana
dan sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta. 1996.
1 Hanun Asrohah, M.Ag, Sejarah
Pendidikan Islam,(Jakarta : PT Logos Wacana Ilmu. 1999), h.77
2 Dra. Zuhairini, dkk, Proyek
Pembinaan Prasarana dan Sarana Perguruan Tinggi Agama/IAIN di Jakarta,1986,
h. 95
3 Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Sejarah
Pendidikan Islam (Jakarta : PT. Hida Karya Agung, 1992), h. 46-47
4 Hanun Asrohah, M.Ag,, Op.cit,
h.76
5 Ibid, h. 77-79
6 Prof. Dr. H. Mahmud Yunus, Op.cit,
h. 90
7 Ibid, h. 65
8 Prof. Dr. Hasan Langgulung, Pendidikan
Islam Menghadapi Abad ke 21, (Jakarta : Pustaka al Husna, 1988), h. 22
9 Ibid, h. 39-41
No comments:
Post a Comment