15 September 2014

MAKALAH INDIVIDU KELUARGA DAN MASYARAKAT




MAKALAH
INDIVIDU KELUARGA  DAN MASYARAKAT
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah 
“ IBD/ISD”







Disusun Oleh :



etimayasari
NIM.112009190








FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA TENGAH DI WONOSOBO
2011

 

KATA PENGANTAR

 

Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Segala puji hanyalah milik Allah, kita senantiasa memuji, memohon pertolongan dan Ampunan kepada Nya, dan kita senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari kejahatan hawa nafsu dan keburukan amal perbuatan kita. Barang siapa yang mendapat petunjuk dari Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya, dan barang siapa yang disesatkan oleh Nya, tiada seorangpun yang dapat memberi petunjuk kepadanya.
Dalam menyusun makalah  ini  tentunya banyak  kekurangan dan masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik  yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah.                                                                                                                 Ihdinash shirathal mustaqiim.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Sukoharjo, Juni  2011

Penyusun



DAFTAR ISI


Halaman Judul...................................................................................                 i
Lembar Judul.....................................................................................                ii
Kata pengantar...................................................................................               iii
Daftar isi............................................................................................               iv
BAB I. PENDAHULUAN...............................................................                1
BAB II. INDIVIDU.........................................................................                2
BAB III.KELUARGA.....................................................................                5
BAB IV. MASYARAKAT..............................................................                7
BAB V. INTERAKSI INDIVIDU
KELUARGA DAN MASYARAKAT ............................................                8
Daftar Pustaka..................................................................................                9


BAB I


PENDAHULUAN

            Manusia pada dasarnya adalah mahluk yang hidup dalam kelompok dan mempunyai organisme yang terbatas di banding jenis mahluk lain ciptaan Tuhan. Untuk mengatasi keterbatasan kemampuan organisasinya itu, menusia mengembangkan sistem-sistem dalam hidupnya melalui kemampuan akalnya seperti sistem mata pencaharian, sistem perlengkapan hidup dan lain-lain. Dalam kehidupannya sejak lahir manusia itu telah mengenal dan berhubungan dengan manusia lainnya. Seandainya manusia itu hidup sendiri, misalnya dalam sebuah ruangan tertutup tanpa berhubungan dengan manusia lainnya, maka jelas jiwanya akan terganggu.
Naluri manusia untuk selalu hidup dan berhubungan dengan orang lain disebut “gregariousness” dan oleh karena itu manusia disebut mahluk sosial. Dengan adanya naluri ini, manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi kehidupannya dan memberi makna kepada kehidupannya, sehingga timbul apa yang kita kenal sebagai kebudayaan yaitu sistem terintegrasi dari perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian manusia dikenal sebagai mahluk yang berbudaya karena berfungsi sebagai pembentuk kebudayaan, sekaligus dapat berperan karena didorong oleh hasrat atau keinginan yang ada dalam diri manusia yaitu :
  1. Menyatu dengan manusia lain yang berbeda disekelilingnya
  2. Menyatu dengan suasana dalam sekelilingnya
            Kesemua itu dapat terlihat dari reaksi yang diberikan manusia terhadap alam yang kadang kejam dan ramah kepada mereka. Manusia itu pada hakekatnya adalah mahluk sosial, tidak dapat hidup menyendiri. Ia merupakan “Soon Politikon” , manusia itu merupakan mahluk yang hidup bergaul, berinteraksi. Perkembangan dari kondisi ini menimbulkan kesatuan-kesatuan manusia, kelompok-kelompok sosial yang berupa keluarga, dan masyarakat. Maka terjadilah suatu sistem yang dikenal sebagai sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang mengatur kehidupan mereka, memenuhi kebutuhan hidupnya.
BAB II
INDIVIDU


            Individu berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata individu merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan sebagai manusia.
            Dalam pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya memiliki peranan-peranan yang khsa didalam lingkungan sosialnya, meliankan juga mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena tingkah laku yang ditampilkannya hamper identik dengan tingkah laku masa.
            Dalam perkembangannya setiap individu mengalami dan dibebankan berbagai peranan, yang berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesame manusia. Seringakli pula terdapat konflik dalam diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya bertentangan dengan peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga masyarakat yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya. Keberhasilan dalam menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai individu dan sebagai warga bagian masyarakatnya memberikan konotasi “matang” dalam arti sosial. Artinya individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya atau dengan kata lain proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.
            Kepribadian atau keunikan ini akan difahami dengan mempelajari unsur-unsur yang menyebabkna keunikan tersebut.Unsur-unsur kepribadian meliputi pengetahuan, perasaan dan dorongan naluri.
            Unsur dorongan naluri tidak kalah pentingnya untuk difahami.Dorongan naluri adalah sesuatu yang selalu ada pada setiap manusia, atau dengan kata lain merupakan unsur bawaan dengan tanpa memperoleh pengetahuan apapun sebelumnya.Ada  beberapa macam dorongan yang perlu diketahui, yaitu :
  1. Dorongan utuk mempertahankan kelangsunan hidupnya
  2. Dorongan sex
  3. Dorongan untuk mencari makan
  4. Dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain
  5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya
  6. Dorongan untuk berbagi
  7. Dorongan untuk keindahan
Manusia sebagai individu selalu berada ditengah-tengah kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi.Proses dari individu untuk menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh sekitarnya
  1. Destruktif dan konstruktif
            Individu-individu yang mempunyai orientasi, individu-individu yang mempunyai persepsi lain dan memiliki keyakinan-keyakinan lain.Dalam hubungan dengan lingkungan ini kita nanti akan melihat apakah individu tersebut menyesuaikan dirinya secara alloplastis, yaitu individu disini secara aktif mempengaruhi lingkunganya.Atau sebaliknya individu menyesuaikan diri secara pasif ( autoplastis), yaitu lingkungan yang akan membentuk kepribadian individu.
            Pada diri individu yang destruktif kita jumpai kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan psikis berlebihan.Biasanya mencari kepuasan temporal yang sering kali hanya dinikmatinya sendiri dan kalau mungkin hanya oleh segelintir individu-individu lain yang menjadi kelompoknya dan dalam melakukan ini penampilannya akan ditandai oleh tindakan yang semata-mata rasional kearah masa depan.
            Individu yang konstruktif akan lahir apabila dalam penyesuaian dirinya ia dalam posisi yang seimbang, artinya ia tidak terlalu tertekan oleh lingkungannya dan individu tidak terlalu berlebihan dalam proses alloplastis.
  1. Kompromistis dan Anti-establishment
            Dari kedua gejala diatas akan terlihat gejala-gejala temporal (sementara) individu yaitu sikap kompromistis dan sikap anti-establishment.Sikap kompromis seorang individu biasanya banyak disebabkan oleh cara-cara ia memenuhi kebutuhan-kebutuhan organik maupun psikologis.Apabila individu memerlukan rasa aman(security), ia akan mudah sekali menerima persyaratan apa saja dari dominasi lingkungan yang dapat memberinya rasa aman.Namun apabila individu semakin bergantung pada lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya, suatu ketika individu tersebut menjadi agak aneh, maksudnya ia akan berlebihan memberi harga kepada lingkuangan fisik maupun lingkungan psikis.Individu akhirnya akan mencari kepuasan lain yaitu kepuasan altruitis.Kepuasan ini sangat langka Karena dalam pencapaian kepuasan semacam ini selalu pelakunya semaksimal mungkin mengorbankan dirinya.
            Pada gilirannnya penggambaran mengenai watak dapat dikembalikan kepada kesadaran individu mengenai lingkungannya.Semakin besar pengaruh lingkungan terhadap diri individu, semakin mudah ia terjebak untuk berkompromi.Namun sebaliknya semakin kecil pengaruh lingkungan, yakni orang orang yang berada dalam lingkungan pribadi tersebut, akan semakin tampak sikap anti-establisment dari dalam untuk anti terhadap kemapanan yang ada.Karena ia tidak akan percaya kemapanan tersebut dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan-kebutuhan individu.



BAB III
KELUARGA


            Keluarga adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan perkembangan individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam masyarakat.
            Keluarga merupakan gejala universal yang terdapat dimana-mana di dunia ini. Sebagai gejala yang universal, keluarga mempunyai 4 karakteristik yang memberi kejelasan tentang konsep keluarga .
  1. Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah atau adopsi. Yang mengikat suami dan istri adalah perkawinan, yang mempersatukan orang tua dan anak-anak adalah hubungan darah (umumnya) dan kadang-karang adopsi.
  2. Para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka membentuk sautu rumah tangga (household), kadang-kadang satu rumah tangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa anak-anak, atau dengan satu atau dua anak saja
  3. Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang  yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan
  4. Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.
            Dalam keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan. Suatu pekerjaan yang harus dilakukan itu biasanya disebut fungsi. Fungsi keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan didalam atau oleh keluarga itu. Macam-macam fungsi keluarga adalah
1. Pengaturan seksual
2. Reproduksi
3. Sosialisasi
4. Pemeliharaan
5. Penempatan anak didalam masyarakat
6. Pemuas kebutuhan perorangan
7. Kontrol sosial
            Selain fungsi keluarga, adapula peristiwa terputusnya sistem keluarga.Kekacauan keluarga merupakan bahan pergunjingan umum karena pengalaman itu biasanya dramatis, menyangkut pilihan moral dan penyesuaian pribadi dilematis.Menurut definisi macam utama kekacauan keluarga adalah sebagai berikut :
1) Ketidaksahan, merupakan unit keluarga yang tidak lengkap
2) Pembatalan, perpisahan, perceraian, dan meninggalkan, disebabkan salah satu atau kedua  pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan.
3) Keluarga selaput kosong.Disini anggota keluarga tetap tinggal bersama, tetapi tidak saling menyapa atau  bekerja sama dan terutama gagal dalam saling memberikan dukungan emosional.
4) Ketiadaan salah satu pasangan karena hal yang tidak diinginkan
5) Kegagalan peran penting yang tidak diinginkan.Malapetaka dalam keluarga mungkin mencakup penyakit mental, emosional atau badaniyah yang parah.
BAB IV
MASYARAKAT
            Masyarakat adalah suatu istilah yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari, ada masyarakat kota, masyarakat desa, masyarakat ilmiah, dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata latin socius, yang berarti “kawan” istilah masyarakat itu sendiri berasal dari akar kata Arab yaitu Syaraka yang berarti “ ikut serta, berpartisipasi”
            Seorang ahli sosiologi memberikan definisi masyarakat sebagai berikut: “ masyarakat merupakan suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya.”. Koentjaraningrat dalam tulisannya menyatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan manusia atau kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa identitas bersama. Dalam psikologi sosial masyarakat dinyatakan sebagai sekelompok manusia dalam suatu kebersamaan hidup dan dengan wawasan hidup yang bersifat kolektif, yang menunjukkan keteraturan tingkah laku warganya guna memenuhi kebutuhan dan kepentingan masing-masing.Menilikkenyataan dilapangan, suatu masyarakat bisaberupa suatu suku bangsa, bisa juga berlatar belakang dari berbagai suku.
Dalam perkembangan dan pertumbuhannya masyarakat dapata digolongkan menjadi :
  1. Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitive) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang adanya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan-tantangan alam yagn buas saat itu.
  2. Masyarakat Maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelomok sosial, atau lebih dikenal dengan sebuatan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai. Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan
  3.  
BAB V
INTERAKSI INDIVIDU
KELUARGA DAN MASYARAKAT

            Adanya aspek organis-jasmaniyah, psikis-rohaniyah dan sosial kebersamaan yang melekat pada individu mengakibatkan bahwa kodratnya ialah untuk hidup bersama manusia lain.Pada hewan, kolektivitas bersifat naluriyah pada manusia disamping rohaniyah juga Karena nalar menimbulkan kesadaran berbagi peranan dalam hidup berkelompok sehingga perjuangan hidup menjadi ringan. Disamping kepentingan individual, diperlukan suatu tata hidup yang mengamankan kepentingan komunal demi kesejahteraan bersama.Perangkat tatanan kehidupan bersama menurut pola tertentu kemudian berkembang menjadi apa yang disebut “ Pranata sosial “ atau abstraksi yang lebih tinggi, dinamakan kelembagaan atau “ institusi”
            Seorang individu barulah individu apabila pola prilakunya yang khas dirinya diproyeksikan pada suatu lingkungan sosial yang disebut masyarakat.Satuan-satuan lingkungan sosial yang melingkari individu terdiri dari keluarga, lembaga, komunitas, masyarakat dan nasion.Individu mempunyai “ karakter “, maka satuan lingkungan social  mempunyai “karakteristik “ yang setiap kali berbeda fungsinya, struktur, peranan dan proses-proses yang berlangsung didalam dirinya.Posisi, peranan dan tingkah lakunya diharapkan seeuai dengan tuntutan setiap satuan lingkungan social dalam situasi tertentu.Relasinya bersifat kompleks dan menjadi sasaran berbagai disiplin ilmu, tetapi diperoleh gambaran mengenai relasi individu dengan lingkungan sosialnya sebagai berikut :
a)      Relasi individu dengan dirinya
b)      Relasi individu dengan keluarga
c)      Relasi individu denganlembaga
d)     Relasi individu dengan komunitas
e)      Relasi individu dengan masyarakat
f)       Relasi individu dengan nasional
DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanuddin. Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial Studi Banding Pandangan Ilmiah Dan Ajaran Agama. Gema Insani. Jakarta. 1999.
Amsari, A, dan Ardiwinangun, D “Ilmu Sosial Dasar”, bahan perkuliahan prograsm D3 fakultas MIPA Universitas padjajaran, Bandung, 1985
Bainar, Prof. Dr. Hajjah, dkk. Ilmu Sosial, Budaya, dan Kealaman Dasar. CV. Jenki Satria. 2006
Koentjaraningrat, Pengantar Ilmu Antropologi, Cetakan ke-2, Aksara Baru, Jakarta, 1980
Soelaeman, Dr. M. Munandar. Ilmu Sosial Dasar. Refika Aditama.2006

No comments:

Post a Comment