MAKALAH
INDIVIDU KELUARGA DAN MASYARAKAT
Disusun untuk memenuhi
tugas mata kuliah
“ IBD/ISD”
Disusun
Oleh :
etimayasari
NIM.112009190
FAKULTAS
ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS
SAINS AL-QUR’AN (UNSIQ)
JAWA
TENGAH DI WONOSOBO
2011
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum
Wr. Wb.
Segala
puji hanyalah milik Allah, kita senantiasa memuji, memohon pertolongan dan Ampunan
kepada Nya, dan kita senantiasa memohon perlindungan kepada Allah dari
kejahatan hawa nafsu dan keburukan amal perbuatan kita. Barang siapa yang
mendapat petunjuk dari Allah, maka tidak seorangpun yang dapat menyesatkannya,
dan barang siapa yang disesatkan oleh Nya, tiada seorangpun yang dapat memberi
petunjuk kepadanya.
Dalam menyusun makalah ini
tentunya banyak kekurangan dan masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kritik
yang bersifat membangun sangat diharapkan demi kesempurnaan makalah. Ihdinash shirathal
mustaqiim.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Sukoharjo, Juni 2011
Penyusun
DAFTAR
ISI
Halaman Judul................................................................................... i
Lembar Judul..................................................................................... ii
Kata pengantar...................................................................................
iii
Daftar isi............................................................................................
iv
BAB I. PENDAHULUAN............................................................... 1
BAB II. INDIVIDU......................................................................... 2
BAB III.KELUARGA..................................................................... 5
BAB IV. MASYARAKAT.............................................................. 7
BAB V. INTERAKSI
INDIVIDU
KELUARGA DAN
MASYARAKAT ............................................ 8
Daftar Pustaka.................................................................................. 9
PENDAHULUAN
Manusia
pada dasarnya adalah mahluk yang hidup dalam kelompok dan mempunyai organisme
yang terbatas di banding jenis mahluk lain ciptaan Tuhan. Untuk mengatasi
keterbatasan kemampuan organisasinya itu, menusia mengembangkan sistem-sistem
dalam hidupnya melalui kemampuan akalnya seperti sistem mata pencaharian,
sistem perlengkapan hidup dan lain-lain. Dalam kehidupannya sejak lahir manusia
itu telah mengenal dan berhubungan dengan manusia lainnya. Seandainya manusia
itu hidup sendiri, misalnya dalam sebuah ruangan tertutup tanpa berhubungan
dengan manusia lainnya, maka jelas jiwanya akan terganggu.
Naluri
manusia untuk selalu hidup dan berhubungan dengan orang lain disebut
“gregariousness” dan oleh karena itu manusia disebut mahluk sosial. Dengan
adanya naluri ini, manusia mengembangkan pengetahuannya untuk mengatasi
kehidupannya dan memberi makna kepada kehidupannya, sehingga timbul apa yang
kita kenal sebagai kebudayaan yaitu sistem terintegrasi dari perilaku manusia
dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Dengan demikian manusia dikenal
sebagai mahluk yang berbudaya karena berfungsi sebagai pembentuk kebudayaan,
sekaligus dapat berperan karena didorong oleh hasrat atau keinginan yang ada
dalam diri manusia yaitu :
- Menyatu dengan manusia lain yang berbeda disekelilingnya
- Menyatu dengan suasana dalam sekelilingnya
Kesemua
itu dapat terlihat dari reaksi yang diberikan manusia terhadap alam yang kadang
kejam dan ramah kepada mereka. Manusia itu pada hakekatnya adalah mahluk
sosial, tidak dapat hidup menyendiri. Ia merupakan “Soon Politikon” , manusia
itu merupakan mahluk yang hidup bergaul, berinteraksi. Perkembangan dari
kondisi ini menimbulkan kesatuan-kesatuan manusia, kelompok-kelompok sosial
yang berupa keluarga, dan masyarakat. Maka terjadilah suatu
sistem yang dikenal sebagai sistem kemasyarakatan atau organisasi sosial yang
mengatur kehidupan mereka, memenuhi kebutuhan hidupnya.
BAB II
INDIVIDU
Individu
berasal dari kata latin “individuum” artinya yang tidak terbagi, maka kata individu
merupakan sebutan yang dapat digunakan untuk menyatakan suatu kesatuan yang
paling kecil dan terbatas. Kata individu bukan berarti manusia sebagai suatu
keseluruhan yang tak dapat dibagi, melainkan sebagai kesatuan yang terbatas
yaitu sebagai manusia perseorangan. Istilah individu dalam kaitannya dengan
pembicaraan mengenai keluarga dan masyarakat manusia, dapat pula diartikan
sebagai manusia.
Dalam
pandangan psikologi sosial, manusia itu disebut individu bila pola tingkah
lakunya bersifat spesifik dirinya dan bukan lagi mengikuti pola tingkah laku
umum. Ini berarti bahwa individu adalah seorang manusia yang tidak hanya
memiliki peranan-peranan yang khsa didalam lingkungan sosialnya, meliankan juga
mempunyai kepribadian serta pola tingkah laku spesifik dirinya. Didalam suatu
kerumunan massa manusia cenderung menyingkirkan individualitasnya, karena
tingkah laku yang ditampilkannya hamper identik dengan tingkah laku masa.
Dalam
perkembangannya setiap individu mengalami dan dibebankan berbagai peranan, yang
berasal dari kondisi kebersamaan hidup dengan sesame manusia. Seringakli pula
terdapat konflik dalam diri individu, karena tingkah laku yang khas dirinya
bertentangan dengan peranan yang dituntut masyarakatnya. Namun setiap warga
masyarakat yang namanya individu wajar untuk menyesuaikan tingkah lakunya
sebagai bagian dari perilaku sosial masyarakatnya. Keberhasilan dalam
menyesuaikan diri atau memerankan diri sebagai individu dan sebagai warga
bagian masyarakatnya memberikan konotasi “matang” dalam arti sosial. Artinya
individu tersebut telah dapat menemukan kepribadiannya atau dengan kata lain
proses aktualisasi dirinya sebagai bagian dari lingkungannya telah terbentuk.
Kepribadian atau keunikan ini akan
difahami dengan mempelajari unsur-unsur yang menyebabkna keunikan
tersebut.Unsur-unsur kepribadian meliputi pengetahuan, perasaan dan dorongan
naluri.
Unsur dorongan naluri tidak kalah
pentingnya untuk difahami.Dorongan naluri adalah sesuatu yang selalu ada pada setiap
manusia, atau dengan kata lain merupakan unsur bawaan dengan tanpa memperoleh
pengetahuan apapun sebelumnya.Ada
beberapa macam dorongan yang perlu diketahui, yaitu :
- Dorongan utuk mempertahankan kelangsunan hidupnya
- Dorongan sex
- Dorongan untuk mencari makan
- Dorongan untuk berinteraksi dengan orang lain
- Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya
- Dorongan untuk berbagi
- Dorongan untuk keindahan
Manusia sebagai individu selalu berada ditengah-tengah
kelompok individu yang sekaligus mematangkannya untuk menjadi pribadi.Proses
dari individu untuk menjadi pribadi, tidak hanya didukung dan dihambat oleh
dirinya, tetapi juga didukung dan dihambat oleh sekitarnya
- Destruktif dan konstruktif
Individu-individu yang mempunyai
orientasi, individu-individu yang mempunyai persepsi lain dan memiliki keyakinan-keyakinan
lain.Dalam hubungan dengan lingkungan ini kita nanti akan melihat apakah
individu tersebut menyesuaikan dirinya secara alloplastis, yaitu individu
disini secara aktif mempengaruhi lingkunganya.Atau sebaliknya individu menyesuaikan
diri secara pasif ( autoplastis), yaitu lingkungan yang akan membentuk
kepribadian individu.
Pada diri individu yang destruktif
kita jumpai kecenderungan untuk memenuhi kebutuhan psikis berlebihan.Biasanya
mencari kepuasan temporal yang sering kali hanya dinikmatinya sendiri dan kalau
mungkin hanya oleh segelintir individu-individu lain yang menjadi kelompoknya
dan dalam melakukan ini penampilannya akan ditandai oleh tindakan yang semata-mata
rasional kearah masa depan.
Individu yang konstruktif akan lahir
apabila dalam penyesuaian dirinya ia dalam posisi yang seimbang, artinya ia
tidak terlalu tertekan oleh lingkungannya dan individu tidak terlalu berlebihan
dalam proses alloplastis.
- Kompromistis dan Anti-establishment
Dari
kedua gejala diatas akan terlihat gejala-gejala temporal (sementara) individu
yaitu sikap kompromistis dan sikap anti-establishment.Sikap kompromis seorang
individu biasanya banyak disebabkan oleh cara-cara ia memenuhi kebutuhan-kebutuhan
organik maupun psikologis.Apabila individu memerlukan rasa aman(security), ia
akan mudah sekali menerima persyaratan apa saja dari dominasi lingkungan yang
dapat memberinya rasa aman.Namun apabila individu semakin bergantung pada
lingkungan untuk memenuhi kebutuhannya, suatu ketika individu tersebut menjadi
agak aneh, maksudnya ia akan berlebihan memberi harga kepada lingkuangan fisik
maupun lingkungan psikis.Individu akhirnya akan mencari kepuasan lain yaitu
kepuasan altruitis.Kepuasan ini sangat langka Karena dalam pencapaian kepuasan
semacam ini selalu pelakunya semaksimal mungkin mengorbankan dirinya.
Pada
gilirannnya penggambaran mengenai watak dapat dikembalikan kepada kesadaran
individu mengenai lingkungannya.Semakin besar pengaruh lingkungan terhadap diri
individu, semakin mudah ia terjebak untuk berkompromi.Namun sebaliknya semakin
kecil pengaruh lingkungan, yakni orang orang yang berada dalam lingkungan
pribadi tersebut, akan semakin tampak sikap anti-establisment dari dalam untuk
anti terhadap kemapanan yang ada.Karena ia tidak akan percaya kemapanan
tersebut dapat memberikan jawaban terhadap kebutuhan-kebutuhan individu.
BAB III
KELUARGA
Keluarga
adalah unit/satuan masyarakat terkecil yang sekaligus merupakan suatu kelompok
kecil dalam masyarakat. Kelompok ini dalam hubungannya dengan perkembangan
individu sering dikenal dengan sebutan primary group. Kelompok inilah yang
melahirkan individu dengan berbagai macam bentuk kepribadiannya dalam
masyarakat.
Keluarga
merupakan gejala universal yang terdapat dimana-mana di dunia ini. Sebagai gejala
yang universal, keluarga mempunyai 4 karakteristik yang memberi kejelasan
tentang konsep keluarga .
- Keluarga terdiri dari orang-orang yang bersatu karena ikatan perkawinan, darah atau adopsi. Yang mengikat suami dan istri adalah perkawinan, yang mempersatukan orang tua dan anak-anak adalah hubungan darah (umumnya) dan kadang-karang adopsi.
- Para anggota suatu keluarga biasanya hidup bersama-sama dalam satu rumah dan mereka membentuk sautu rumah tangga (household), kadang-kadang satu rumah tangga itu hanya terdiri dari suami istri tanpa anak-anak, atau dengan satu atau dua anak saja
- Keluarga itu merupakan satu kesatuan orang-orang yang berinteraksi dan saling berkomunikasi, yang memainkan peran suami dan istri, bapak dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan
- Keluarga itu mempertahankan suatu kebudayaan bersama yang sebagian besar berasal dari kebudayaan umum yang lebih luas.
Dalam
keluarga sering kita jumpai adanya pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan.
Suatu pekerjaan yang harus dilakukan itu biasanya disebut fungsi. Fungsi
keluarga adalah suatu pekerjaan-pekerjaan yang harus dilaksanakan didalam atau
oleh keluarga itu. Macam-macam fungsi keluarga adalah
1.
Pengaturan seksual
2.
Reproduksi
3.
Sosialisasi
4.
Pemeliharaan
5.
Penempatan anak didalam masyarakat
6.
Pemuas kebutuhan perorangan
7.
Kontrol sosial
Selain fungsi keluarga, adapula
peristiwa terputusnya sistem keluarga.Kekacauan keluarga merupakan bahan
pergunjingan umum karena pengalaman itu biasanya dramatis, menyangkut pilihan
moral dan penyesuaian pribadi dilematis.Menurut definisi macam utama kekacauan
keluarga adalah sebagai berikut :
1)
Ketidaksahan, merupakan unit keluarga yang tidak lengkap
2) Pembatalan, perpisahan, perceraian, dan meninggalkan, disebabkan salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan.
3) Keluarga selaput kosong.Disini anggota keluarga tetap tinggal bersama, tetapi tidak saling menyapa atau bekerja sama dan terutama gagal dalam saling memberikan dukungan emosional.
4) Ketiadaan salah satu pasangan karena hal yang tidak diinginkan
5) Kegagalan peran penting yang tidak diinginkan.Malapetaka dalam keluarga mungkin mencakup penyakit mental, emosional atau badaniyah yang parah.
2) Pembatalan, perpisahan, perceraian, dan meninggalkan, disebabkan salah satu atau kedua pasangan memutuskan untuk saling meninggalkan.
3) Keluarga selaput kosong.Disini anggota keluarga tetap tinggal bersama, tetapi tidak saling menyapa atau bekerja sama dan terutama gagal dalam saling memberikan dukungan emosional.
4) Ketiadaan salah satu pasangan karena hal yang tidak diinginkan
5) Kegagalan peran penting yang tidak diinginkan.Malapetaka dalam keluarga mungkin mencakup penyakit mental, emosional atau badaniyah yang parah.
BAB IV
MASYARAKAT
Masyarakat
adalah suatu istilah yang kita kenal dalam kehidupan sehari-hari, ada
masyarakat kota, masyarakat desa, masyarakat ilmiah, dan lain-lain. Dalam bahasa
Inggris dipakai istilah society yang berasal dari kata latin socius, yang
berarti “kawan” istilah masyarakat itu sendiri berasal dari akar kata Arab
yaitu Syaraka yang berarti “ ikut serta, berpartisipasi”
Seorang
ahli sosiologi memberikan definisi masyarakat sebagai berikut: “ masyarakat merupakan
suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia yang luas sifatnya.”.
Koentjaraningrat dalam tulisannya menyatakan bahwa masyarakat adalah sekumpulan
manusia atau kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat
istiadat tertentu yang bersifat kontinyu, dan yang terikat oleh suatu rasa
identitas bersama. Dalam psikologi sosial masyarakat dinyatakan sebagai
sekelompok manusia dalam suatu kebersamaan hidup dan dengan wawasan hidup yang
bersifat kolektif, yang menunjukkan keteraturan tingkah laku warganya guna
memenuhi kebutuhan dan kepentingan masing-masing.Menilikkenyataan dilapangan,
suatu masyarakat bisaberupa suatu suku bangsa, bisa juga berlatar belakang dari
berbagai suku.
Dalam
perkembangan dan pertumbuhannya masyarakat dapata digolongkan menjadi :
- Masyarakat sederhana. Dalam lingkungan masyarakat sederhana (primitive) pola pembagian kerja cenderung dibedakan menurut jenis kelamin. Pembagian kerja berdasarkan jenis kelamin, nampaknya berpangkal tolak dari latar belakang adanya kelemahan dan kemampuan fisik antara seorang wanita dan pria dalam menghadapi tantangan-tantangan alam yagn buas saat itu.
- Masyarakat Maju. Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelomok sosial, atau lebih dikenal dengan sebuatan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan serta tujuan tertentu yang akan dicapai. Dalam lingkungan masyarakat maju, dapat dibedakan
BAB V
INTERAKSI INDIVIDU
KELUARGA DAN MASYARAKAT
Adanya aspek organis-jasmaniyah, psikis-rohaniyah dan sosial kebersamaan yang melekat pada individu mengakibatkan bahwa kodratnya ialah untuk hidup bersama manusia lain.Pada hewan, kolektivitas bersifat naluriyah pada manusia disamping rohaniyah juga Karena nalar menimbulkan kesadaran berbagi peranan dalam hidup berkelompok sehingga perjuangan hidup menjadi ringan. Disamping kepentingan individual, diperlukan suatu tata hidup yang mengamankan kepentingan komunal demi kesejahteraan bersama.Perangkat tatanan kehidupan bersama menurut pola tertentu kemudian berkembang menjadi apa yang disebut “ Pranata sosial “ atau abstraksi yang lebih tinggi, dinamakan kelembagaan atau “ institusi”
Seorang individu barulah
individu apabila pola prilakunya yang khas dirinya diproyeksikan pada suatu
lingkungan sosial yang disebut masyarakat.Satuan-satuan lingkungan sosial yang
melingkari individu terdiri dari keluarga, lembaga, komunitas, masyarakat dan
nasion.Individu mempunyai “ karakter “, maka satuan lingkungan social mempunyai “karakteristik “ yang setiap kali
berbeda fungsinya, struktur, peranan dan proses-proses yang berlangsung didalam
dirinya.Posisi, peranan dan tingkah lakunya diharapkan seeuai dengan tuntutan
setiap satuan lingkungan social dalam situasi tertentu.Relasinya bersifat
kompleks dan menjadi sasaran berbagai disiplin ilmu, tetapi diperoleh gambaran
mengenai relasi individu dengan lingkungan sosialnya sebagai berikut :
a) Relasi individu dengan dirinya
b) Relasi individu dengan keluarga
c) Relasi individu denganlembaga
d) Relasi individu dengan komunitas
e) Relasi individu dengan masyarakat
f) Relasi individu dengan nasional
DAFTAR
PUSTAKA
Agus,
Bustanuddin. Pengembangan Ilmu-Ilmu Sosial Studi Banding Pandangan Ilmiah
Dan Ajaran Agama. Gema Insani. Jakarta. 1999.
Amsari,
A, dan Ardiwinangun, D “Ilmu Sosial Dasar”,
bahan perkuliahan prograsm D3 fakultas MIPA Universitas padjajaran, Bandung,
1985
Bainar,
Prof. Dr. Hajjah, dkk. Ilmu Sosial, Budaya, dan Kealaman Dasar. CV.
Jenki Satria. 2006
Koentjaraningrat,
Pengantar Ilmu Antropologi, Cetakan
ke-2, Aksara Baru, Jakarta, 1980
Soelaeman,
Dr. M. Munandar. Ilmu Sosial Dasar. Refika Aditama.2006
No comments:
Post a Comment